ngawi ramah: Keduk Beji Tawun

Keduk Beji Tawun

Pada hari Selasa Kliwon setiap setahun sekali masyarakat Desa Tawun, Kecamatan Kasreman-Ngawi menggelar upacara adat yang disebut Keduk Beji atau Duk Beji. Pada tahun ini tradisi adat tersebut langsung dihadiri Bupati Ngawi, Ir H Budi Sulistyono (4/10), dan dihadiri ribuan warga dari wilayah Ngawi dan sekitarnya.

Dalam tradisi yang sudah turun temurun ini biasa digelar setiap habis masa panen, kemudian didalam melaksanakan upacara sendiri seluruh pemuda Desa Tawun terjun ke kolam. Tujuan dari puluhan pemuda ini tidak lain adalah untuk membersihkan kolam dari kotoran dari sumber mata air yang disebut Bedji. Dan dari sumber Bedji inilah digunakan oleh masyarakat Desa Tawun untuk mengairi kolam pemandian Tawun serta digunakan untuk sarana irigasi pertanian disekitarnya.

Menurut keterangan yang berhasil dihimpun dari sesepuh Desa Tawun, Mbah Supomo (67 th), yang berperan selaku juru silep atau tukang menyelam ke sumber Bedji. Mengurai secara jelas adat tradisi Keduk Bedji, menurutnya yang paling utama dilakukan mengeduk sumber Bedji yang dijadikan sumber kehidupan warga Desa Tawu dari kotoran yang ada. Menurut dia, inti dari ritual Keduk Bedji, meletakan sebuah kendi didalam gua dimana letak gua itu sendiri berada didalam sumber Bedji dan kendi yang dimaksud akan diganti setiap tahunya. “Kendi tersebut setiap tahunya kita ganti agar sumber air Bedji akan tetap bersih,’’ terang Mbah Supomo. Lebih lanjut, tradisi Keduk Bedji berawal dari warisan Eyang Ludro Joyo yang pada mulanya sering melakukan pertapaan atau semedi di sumber Bedji untuk mencari ketenangan jati dirinya dan kesejahteraan didalam menapaki kehidupan. Namun, suatu hari tepatnya Selasa Kliwon sewaktu Eyang Ludro Joyo melakukan pertapaan ditempat yang sama secara mendadak jasadnya langsung menghilang dan muculah sumber air Bedji tersebut. Sehingga setiap setahun sekali sampai saat ini timbulah tradisi Keduk Bedji.

Kemudian tujuan para pemuda yang menjegurkan ke kolam yang ada sumber Bedji tersebut selain membersihkan kotoran dedaunan juga mengeduk lumpur. Proses pengendukan lumpur para pemuda ini juga tidak jarang dibuat luluran atau mandi lumpur. Dan mandi lumpur inipun juga mengandung makna yang mendalam selain untuk sekedar membersihkan badan juga mandi lumpur dapat dipercaya menghilangkan segala hal keruwetan yang dialaminya. Setelah secara rame-rame melakukan pembersihan terhadap kolam yang ada sumber Bedjinya, diteruskan dengan penyilepan dimana Mbah Supomo melakukan penyelaman ke sumber Bedji untuk meletakan kendi dan mengambil kendi yang pernah ditaruhnya setahun yang lalu. Dan diakhiri dengan penyiraman air legen ke sumber Bedji yang diikuti penyeberangan sesaji dari timur kolam ke barat kolam. Didalam sesaji yang diseberangkan tersebut berisi makanan khas Jawa ada jadah, rengginan,jenang, tempe, pisang, kelapa dan telur ayam kampung. ‘’Mudah-mudahan adapt tradisi ini dapat lestari sampai anak cucu kita kelak,’’ pungkas Mbah Supomo yang masih dipercaya keturunan Eyang Ludro Joyo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © ngawi ramah Urang-kurai